SUNGAI MUSI SEBAGAI PERTAHANAN BAGI KESULTANAN PALEMBANG
Abstract
Tulisan ini bertujuan untuk mengangkat peran Sungai Musi sebagai pertahanan alami bagi Kesultanan Palembang pada awal abad 19. Sebagai kesultanan yang sangat diperhitungkan oleh Inggris dan Belanda, maka mereka melakukan berbagai cara untuk menguasai dan mempertahankan Palembang tetap berada di bawah kendali bangsa-bangsa tersebut. Salah satu cara efektif yang mereka tempuh adalah mengirimkan ekspedisi militer. Dalam ekspedisi yang dilakukan, ternyata mereka menghadapi perlawanan sengit dari pihak kesultanan Palembang. Selain itu, mereka dihadapkan berbagai kendala. Salah satu kendala alam yang harus mereka hadapi adalah “kerasnya” alam Sungai Musi, mulai dari muara (Sungsang) hingga ke ibu kota Palembang. Akibatnya, baik Inggris (1812), maupun Belanda (1819 dan 1821) harus berjuang ekstra keras demi lepas dari berbagai hambatan tersebut, agar berhasil menaklukkan Kesultanan Palembang. Kendala-kendala yang dimaksud antara lain adalah arus sungai yang sangat deras, angin kencang, perbedaan cuaca pada siang dan malam hari, muara sungai yang dangkal, perbedaan tajam antara pasang dan surut, sungai yang sempit dan berkelok akibat dangkal. Hal lain yang tak kalah pentingnya adalah sungai dimanfaatkan oleh pihak Kesultanan Palembang sebagai pertahanan, sekaligus sarana memobilisasi perlawanan dengan mendirikan benteng-benteng pertahanan di sepanjang Sungai Musi dari Muara hingga ibu kota. Melalui sungai pula para pejuang Palembang menghanyutkan gelondongan kayu-kayu besar, untuk menghambat lajunya armada musuh. Selain itu, dilayarkan pula “rakit-rakit api” yang berfungsi menyerang armada dan menghancurkan armada Belanda, dengan cara rakit-rakit tersebut membakar armada musuh bersamaan dengan terbakarnya rakit-rakit tersebut. Berbagai bentuk perlawanan tersebut menjadi ciri khusus perlawanan Kesultanan Palembang terhadap Belanda yang efektif sebagai penghancur.
Full Text:
PDFReferences
ANRI, Bundel Palembang NO. 5.1
ANRI, Bundel Palembang No. 67
ANRI, Bundel Palembang NO. 62.2
ANRI, Bundel Palembang No. 15.7
ANRI, Bundel Palembang NO. 47.6
ANRI, Bundel Palembang No. 22.1
ANRI, Bundel Palembang NO. 38.1
Veth, P.J., 1869, Aardrijkskundig Woordenboek van Nederlandsch Indie, Amsterdam, P.N. van Kampen.
Bataviaasche Courant, 11 Juli 1821
Java Gouvernement Gazette, 4 Juli 1812.
ANKL. (1819). House of Lords The Seasonal Papers 1801-1833, vol. 109. 1819, volume 7.
The Asiatic Journal and monthly register for British India and its dependencies, Pebruari 1819, volume 7.
The Asiatic Journal and monthly register for British India, September. (1820). volume 10.
Erman, Erwiza. (2009). Dari Pembentukan Kampung ke Perkara Gelap, Menguak Sejarah Timah Bangka-Belitung, Jakarta, Ombak.
Faille, P. De Roo De. (1971). “Dari Zaman Kesultanan Palembang”, Jakarta: Bhratara.
Kemp, P.H, van der. (1898). Geschiedenis van Een Engelschen Raid of Hollandsch Groudgebeid, de Gids, Jilid I.
Kielstra,E.B., (1892). De Ondergang Van Het Palembangsche Rijk, de Gids, 1892
Sevenhoven, J. L. Van. (1971). “Lukisan Tentang Ibukota Palembang”. Jakarta: Penerbit Bharata.
Thorn, William. (2004).The Conquest of Java, Singapore: Periplus.
Utomo, Bambang Budi, Djohan Hanafiah dan Hasan Muarif Ambary. (2012). Kota Palembang dari Wanua Sriwijaya menuju Palembang Modern, Palembang: Pemerintah Kota Palembang.
Wargadalem, Farida R,. (2012). Perebutan Kekuasaan di Kesultanan Palembang 1804-1821 (Disertasi yang belum diterbitkan), Depok: Universitas Indonesia.
Waey, H., van. (1875). Palembang 1809-1819, Tijdschrift voor Nederlandsch Indie, I.
Woelders,M.C. (1975). Het Sultanaat Palembang 1811-1825, Leiden, B.V. de Nederlansche Boek-en Steendrukkerij v/h H.L. Smits ‘Gravenhage.
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This is an Open Access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International (CC BY-NC-ND 4.0), permitting copy and redistribute the material in any medium or format.